Review Fantastic Beasts 2 – J.K Rowling Berbelok Arah
- Loganue Saputra Jr.
- Nov 16, 2018
- 5 min read
Updated: Nov 20, 2018

Kepopuleran Harry Potter memang sangat menggoda untuk dibuat spin-off. Jumlah penggemarnya yang tersebar banyak diseluruh dunia merupakan tambang emas bagi Warner Bros untuk meraup keuntungan. Jadi momentum ini merupakan langkah terbaik dengan menelurkan Fantastic Beasts and Where to Find Them pada tahun 2016. Kala itu Fantastic Beasts bukan film jelek yang bisa dinilai sebagai aji mumpung saja, walau sekala pembuatannya tetap hanya spin-off, alias tidak mencoba punya cerita sebesar Harry Potter atau bahkan melebihinya, tapi Fantastic Beasts punya pesonanya sendiri.
Fantastic Beasts and Where to Find Them memperlihatkan keunikannya lewat beragam makhluk ajaib yang memang menjadi nilai jual utama. Oleh sebab itu Fantastic Beasts and Where to Find Them punya cerita yang sederhana dan sama sekali tidak banyak menyinggung Saga dari Harry Potter.
Karena cerita dari Fantastic Beasts bersatting jauh sebelum Harry Potter, maka apa yang terjadi di seri Harry Potter memang tidak terlalu berpengaruh, oleh sebab itu mampunya Fantastic Beasts berdiri sendiri adalah keunggulan yang bagus untuk memulai chapter terbaru dari dunia sihir ini.
Lalu bagaimana dengan bagian terbaru alias kedua dari seri terbaru ini, Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald? Apakah masih tetap mencoba berdiri dan bertahan dengan sekala spin-off? Atau malah mulai menjadi sesuatu yang lebih besar dan rumit dari apa yang pernah kita kira sebelumnya?
Godaan Cerita Harry Potter Dan Kesadaran J.K.Rowling Atas Pesona Di Masa Lalu

Harry Potter memang menjadi godaan paling besar bagi J.K Rowling dalam penulisan cerita Fantastic Beasts. Kisah efik yang sudah dibangunnya itu menyisakan banyak misteri tentang kehidupan para karakter ikonik di dalamnya. Sebut saja karakter Dumbledore yang punya pesona besar serta kisah hidup penuh misteri. Di beberapa bagian dari Harry Potter sempat diceritakan sedikit kehidupan masa lalu Dumbledore, akan tetapi itu saja tidak cukup.
Kesadaran J.K. Rowling akan hal ini membuat dirinya mencoba membangkitkan kembali sosok Dumbledore muda lewat naskah Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald. Besyukurlah para penggemar Harry Potter karena naskah film ini masih ditulis oleh J.K.Rowling sebab dengan begitu beberapa bagian detil dari cerita masih terjaga di ranah yang tepat.
Lalu apakah Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald tidak bisa dinikmati jika penonton tidak tahu menahu dengan cerita lengkap Harry Potter? Jawabannya bisa iya bisa juga tidak. Secara garis besar cerita Fantastic Beast bisa berdiri sendiri dengan syarat kalian harus menonton film pertamanya dulu (tanpa harus menonton semua seri Harry Potter), akan tetapi jika kalian sudah mengikuti semua seri Harry Potter tentu kalian akan menemukan banyak hal menarik di luar dugaan. Dan semesta kehidupan Dumbledore menjadi pandora yang memikat untuk diungkap kedepannya oleh seri Fantastic Beast berikutnya.
Karakter Albus Dumbledore muda terlihat sangat menawan dengan diperankan oleh Jude Law. Dumbledore terlihat lebih memesona, sedikit humoris, dan bahkan terkesan arogan. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa Jude Law terlalu jauh keluar dari kepribadian Dumbledore yang pernah diperankan oleh Richard Harris dan Michael Gambon. Dumbledore tua memang jauh lebih bijak, rendah hati dan matang. Sedangkan yang diperankan oleh Jude Law sedikit agak begeser dari itu. Tapi ini bisa dimaklumi sebab perbedaan usia adalah kunci dari semua itu. Pada intinya seseorang akan menjadi lebih matang dan bijak setelah menjadi semakin tua. Dan kita hanya bisa berharap penampilan Jude Law berikutnya bisa membawa penonton memahami bahwa karakter Dumblodore yang ia perankan memang sedang menuju kepada kepribadian Dumblodore yang kita kenal selama ini.
Sejak Harry Potter usai, hal yang paling diharapkan oleh banyak penggemar memang kisah hidup Dumbledore. Karismanya yang kuat membuat orang ingin menyelami kehidupan pribadinya secara mendalam, dan tentu saja J.K. Rowling seperti menemukan tempat yang tepat untuk melakukan itu.
Keberhasilan David Yates memvisualkan beberapa seri Harry Potter mulai dari Order of the Phoenix sampai pada Deathly Hallows sudah cukup menjadi bahan pertimbangan bagi Warner Bros untuk memilih Yates sebagai eksekutor dari film Fantastic Beast. Dan seperti keterangan yang dimuat di situs IMDb, bahwa nama Yates akan terus ada di 3 seri Fantastic Beast berikutnya. Yeah, Fantastic Beast akan dibuat hingga seri ke-5. Tentu ini merupakan kabar gembira bagi para penggemar Harry Potter.
Johnny Depp Dan Lahirnya Voldemort Versi Grindelwald

Kemunculan sekilas Gellert Grindelwald (Johnny Depp) di seri pertama Fantastic Beast memang menjadi kabar gembira. Grindelwald disebut sebagai ikon penjahat baru penerus kekejaman Voldemort (walau secara setting Grindelwald adalah sosok penjahat sebelum Voldemort muncul).
Layaknya Ralph Diennes yang memerankan Voldemort, Deep dengan cepat menampilkan pesona menawannya sekaligus menyeramkan dengan tampilan pipi cekung, kulit pucat, rambut putih dan bola mata aneh.
Awalnya memang banyak yang takut Deep tak mampu keluar dari sosok Jack Sparrow yang terlalu melekat pada dirinya. Namun siapa sangka ia bisa menapilkan karakter baru yang jauh lebih mengerikan serta kuat dari sekian banyak karakter yang muncul di film ini. Ambiguitas moral yang ditanamkan oleh J.K. Rowling pada karakter Grindelwald membuat karakter satu ini jadi sangat menarik. Kejahatan yang didasari oleh motiv yang baik membuat Grindelwald menjadi sosok penjahat yang jauh lebih waras daripada Voldemort.
Dua hal yang membuat Grindelwald lebih unggul dari Voldemort, yaitu motiv dan cara ia merekrut pengikutnya. Grindelwald melakukan pendekatan yang lebih halus lewat visi misinya, sedangkan Voldemort membangun tujuannya dengan cara yang kasar, kejam, dan menyebar ketakutan. Saya rasa pengikut Grindelwald jauh lebih loyal dibandingkan pengikut Voldemort yang selalu terlihat tertekan.
Jika kalian perhatikan, sepertinya formula penjahat dalam film-film Hollywood saat ini mulai mengalami kemiripan. Melakukan hal-hal mengerikan untuk bisa menuju dunia yang lebih baik. Sebut saja seperti Thanos dalam Avengers: Infinity Wars, atau musuh dalam film Mission: Impossible – Fallout. Tidak ada sesuatu yang benar-benar bisa dikatakan jahat karena mereka semua punya tujuan mulia, walau secara moral dan kemanusiaan apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang salah.
Kembalinya Newt Scamander Dan Kawan-Kawan

Karakter-karakter yang pernah muncul di seri sebelumnya kini kembali lagi hadir dengan pembawaan yang lebih mendalam, serta kisah hidup berpoles cerita dongeng ala J.K. Rowling. Newt Scamander (Eddie Redmayne) kembali lagi dengan karakter tertutup, serta kaku. Lalu ada Jacob Kowalski (Dan Fogler), si pencair suasana dengan kisah cintanya bersama Queenie (Alison Sudol). Karakter Tina (Katherine Waterston) sedikit agak melemah, namun tetap penting untuk memastikan bahwa Newt adalah manusia yang punya hati terhadap manusia lain (tidak hanya pada binatang yang menjadi obsesi utamanya).
Credence Barebone (Ezra Miller), si anak kesepian kembali lagi dengan pencarian jatidirinya, dan kemunculan kali ini lebih banyak mengambil bagian dalam cerita Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald.
Karakter baru juga tidak kalah memikat. Sebut saja seperti saudara Newt, Theseus Scamander (Callum Turner) yang tentu akan jadi idola baru di serial ini. Leta Lastrange (Zoe Kravitz), perempuan pembawa kisah yang sangat penting. Dan kejutan paling menarik muncul lewat karakter Nagini (Claudia Kim) yang menimbulkan banyak asumsi tertentu, walau sayangnya ruang untuk Nagini masih sangat sedikit.
Kesimpulan
Secara keseluruhan Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald berhasil membuka semesta baru dunia sihir Harry Potter. Beberapa twish menarik serta informasi mengejutkan, membuat banyak asumsi baru yang memberi gambaran akan sebesar apa kisah ini selanjutnya.
Secara visual, semua adegan terwakili dengan baik. Kostum dan atmosfer kota Paris juga terjaga cukup bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang cukup mengesalkan dari film ini. Seperti cerita yang terlalu berputar-putar di awal sebelum menuju cerita utamanya. Saya rasa dibeberapa bagian cerita juga terasa terburu-buru untuk diungkap sebab Fantastic Beast masih punya 3 film lagi untuk menampung semua itu. Untungnya hal-hal itu tidak sampai membuat penonton bosan karena hal ajaib terus muncul dan memanjakan mata.
Lalu khas Fantastic Beast yang kali pertama menjadikan hewan ajaib sebagai gaya tarik sedikit agak berkurang di film kali ini. Mungkin baik Yates atau J.K Rowling ingin lebih memfokuskan film ini pada cerita yang lebih dalam. Dan ini cukup masuk akal ketika judul The Crimes of Grindelwald dicetak lebih besar daripada Fantastic Beast itu sendiri (Ini hanya prasangka, bisa saja saya salah).
Satu lagi hal mengesalkan yang mungkin juga terjadi pada film Hollywood lainnya belakangan ini, yaitu adegan yang muncul di trailer tapi tidak muncul di film setelah rilis. Memang adegan hilang itu tidak terlalu penting, hanya saja sesuatu yang muncul di trailer itu seharusnya juga muncul di filmnya. Tapi ya, sudahlah, mungkin kesengajaan ini punya tujuan tertentu yang tidak saya pahami.
Lewat Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald J.K Rowling kembali dengan gaya berceritanya. Ia mulai kembali memasukkan narasi khas dongeng, buku puisi, serta elemen sastra lainnya. Ini baru permulaan, dan perang sesungguhnya mulai merayap. Abracadabra, mantra satu ini terus digunakan, tapi tak pernah sekali pun diucapkan!
Comentarios