Review: Novel Rainbirds - Terkadang Beberapa Jenis Luka Harus Dibawa Mati
- Loganue Saputra Jr.
- Sep 8, 2018
- 3 min read
Updated: Sep 8, 2018

Baik nama Clarissa Goenawan atau pun judul Rainbirds bukanlah hal yang membuat saya tertarik pada mulanya. Apalagi Rainbirds merupakan novel pertama Clarissa. Namun yang membuat Rainbirds menjadi sangat menarik untuk dibaca adalah kemunculan nama-nama besar yang memberikan testimoni pada novel ini. Sebut saja seperti Eka Kurniawan, Dee Lestari, hingga pada media luar seperti Publishers Weekly.
Clarissa Goenawan merupakan penulis dari Singapura yang lahir di Indonesia. Sebelum menulis novel pertamanya ini, ia lebih sering menulis cerpen untuk berbagai media luar. Namanya semakin besar ketika novel perdananya, Rainbirds menjadi The Winner of Bath Novel Award 2015. Namun walau memenangkan penghargaan di tahun 2015, Rainbird baru terbit pada tahun 2018, baik dalam bahasa Indonesia dan juga bahasa lainnya, sebab novel ini berhasil terbit dalam banyak bahasa.
Seperti yang dikatakan oleh Eka Kurniawan untuk Rainbirds: “Misteri yang ditulis dengan indah dalam balutan kisah cinta yang magis dan rumit.” Novel ini memang punya sesuatu yang sangat dalam dan agak meresahkan pembaca, saat menelusuri setiap kata yang bercerita tentang kehidupan di sebuah kota kecil bernama Akakawa (sebuah kota fiksi yang ada di Jepang).

Sejak cerita dibuka dengan meninggalnya seorang perempuan bernama Keiko, Rainbirds sudah memperlihatkan sebuah nuansa yang sangat Murakami. Jika kalian pernah membaca novel-novel Haruki Murakami mungkin kalian akan paham seperti apa nuansa yang dimaksud. Awalnya saya berpikir mungkin karena setting cerita terjadi di Jepang, tapi semakin dalam menelusuri cerita semakin yakin bahwa Clarissa memang punya nuansa penceritaan yang mirip Murakami namun dengan ciri khas yang lebih sendu dan tak seprontal Haruki Murakami.
Fokus cerita berkisah tentang Ren Ishida, adik dari Keiko Ishida yang harus pergi ke Akakawa karena sang kakak meninggal dunia di sana. Sedari awal dikatakan kemungkinan besar Keiko telah dibunuh karena ia ditikam berulang kali dengan pisau hingga tewas. Oleh siapa? Itulah misterinya!
Pengembangan karakter Ren tergambar detil dan sangatlah menarik. Seorang remaja yang tumbuh dewasa dengan sebuah beban berat, baik itu tentang masalah keluarganya, masalah percintaan yang dihadapinya, sampai pada fakta kematian kakaknya. Keputusan Ren untuk menetap di Akakawa seperti telah tersihir oleh sebuah kekuatan magis yang secara perlahan diungkap dengan cara yang manis, getir, dan lirih tanpa cela.

Keanehan demi keanehan yang dihadirkan memberikan tingkatan konflik yang semakin seru untuk diikuti. Layaknya cerita misteri pada umumnya, bahwa setiap misteri akan menelurkan misteri lainnya sebelum akhirnya semua misteri itu saling terkait satu sama lain. Namun jangan juga kalian beranggapan bahwa novel ini akan bertutur seperti novel-novel pembunuhan atau detiktif, sebab Rainbirds punya gaya yang bisa membuat pembaca merasa bahwa novel ini tidak hanya sekadar tentang mengungkap siapa pembunuh Keiko tapi lebih kepada seberapa mampu karakter-karakter di dalamnya bisa menyembuhkan diri dan keluar dari bayang-bayang suram yang terus mengikuti kehidupan mereka.
Membaca Rainbirds sekilas terasa biasa saja, namun semakin memasuki cerita semakin kuat rasanya daya tarik novel ini. Seakan ada sesuatu yang adiktif terkandung di dalamnya. Bahkan selepas membaca novel ini pun, kalian tentu akan berharap bahwa Clarissa sebaiknya sesegera mungkin menulis novel baru lainnya.
Walau Akakawa merupakan kota kecil fiksi yang dikarang oleh Crarissa, akan tetapi penetapan setting dengan nuansa tahun 1994 di Jepang berhasil memberikan gambaran nyata pada pembaca. Membaca Rainbirds seperti menemukan sebuah pencerahan pada diri tentang makna dari kehidupan dan bagaimana seseorang bisa terlepas dari semua kemurungan yang tidak mungkin untuk dilupakan.

Seolah-olah Clarissa ingin berujar bahwa, yang hidup harus tetap hidup dan menjalani semuanya, sedangkan yang telah mati waktunya sudah habis dengan sisa kenangan yang tak mungkin bisa dihapus. Terkadang manusia mesti hidup dengan banyak rasa luka yang harus dibawa mati. Dan dengan rasa luka seperti itulah kita yang hidup harus belajar untuk menemukan kehidupan yang lebih baik.
Rainbirds telah terbit pada tahun 2018 dalam bahasa Indonesia, dan bisa di dapat di toko buku kesayangan kalian. Jika kalian suka membaca novel-novel Haruki Murakami atau novel-novel dengan nuansa Jepang, maka Rainbirds adalah novel pilihan yang sangat tepat.[]
Comments